Koleksi Mushaf dan
Manuskrip Ratusan Tahun yang lalu
Oleh Zulfahmi,
Mahasiswa Pascasarjana Program Filsafat Pendidikan, Fakultas Pendidikan,
Universiti Malaya, melaporkan dari Brunei Darussalam.
Sudah lima hari saya berada di Negara Brunei Darussalam dalam
rangka mengikuti Seminar Antar-Universiti Pengajian Lepas Ijazah (SAPLI) 2014 (Brunei-Malaysia)
yang berlangsung di Universiti Sultan Syariff Ali (UNISSA)yang diselenggarakan pada
tanggal 19-20 Maret 2014. Saya bertolak hari selasa 18 Maret 2014 dari Kuala
Lumpur menuju Brunei Darussalam. Berbagai pengalaman menarik yang saya dapatkan
sama ada pelajaran hidup, inspirasi,sejarah dan juga keramahan masyarakat
setempat.
Ketika tiba di Bandara International
Brunei Darussalam tidak ada seorangpun yang saya kenal, saya juga tidak bisa
menghubungi panitia seminar karena tidak ada nomor telepon Brunei. Setelah
menunggu beberapa menit, saya bertanya kepada salah seorang yang duduk
disamping saya, berapa jauh kalau kita ke Unissa? Setelah berbincang-bincang
bapak itu terus memberikan teleponnya untuk menghubungi pihak panitia seminar.
Ini menunjukkan keramahan orang Brunei kepada orang asing dan banyak kejadian-kejadian
yang lain yang saya temui selama berada di Brunei Darussalam.
Hari pertama saya hanya menetap di
penginapan, beristirahat dan melihat keadaan lingkungan sekitar itu yang indah,
teratur dan nyaman. Hari kedua saya mengikuti seminar Antar-Universiti
Pengajian Lepas Ijazah (SAPLI) 2014 dan mempresentasikan makalah dan juga
mendapatkan berbagai pengetahuan yang dipresentasikan oleh peserta-peserta
seminar yang lain, begitu pula dengan hari ketiga. Hari keempat kami mengikuti
program city tour yang telah diatur oleh panitia seminar. Kemudian hari kelima
saya dan beberapa kawan mengunjungi Jabatan Mufti Kerajaan Brunei Darussalam. Sebutan
istilah ‘Jabatan’ bukanlah sebagai pangkat sebagaimana di Indonesia ataupun di
Aceh, tetapi istilah ‘Jabatan’ di Brunei merupakan kantor administrasi
pemerintahan. Jabatan Mufti Kerajaan Brunei Darussalam ini dikelilingi dengan
hutan-hutan yang hijau dan jauh daripada keramaian masyarakat. Bangunannya yang
bercirikan arsitek islami bukan hanya sebagai kantor pemerintahan tetapi juga dikumpulkan
berbagai koleksi-koleksi peninggalan sejarah Islam.
Ketika kami hendak memasuki ruangan,
kami meminta izin kepada penjaga yang bertugas disana. Lalu penjaga
mempersilahkan masuk dan meminta kami untuk tidak membawa kamera, handphone dan
barang-barang yang lain karena dibenarkan untuk mengambil foto di ruang koleksi
tersebut. Setelah memasuki ruangan, saya sangat terkejut dengan apa yang saya
lihat, dimana ruangan itu dipenuhi dengan bermacam-macam koleksi mushaf-mushaf Al-Quran
dengan ukuran yang berbeda-beda, dari yang terkecil sampai yang terbesar
sekalipun.
Koleksi mushaf-mushaf Al-Quran itu
terdapat berbagai macam bentuk mushaf dari ukuran yang terkecil berukuran 2 x 2
cm sampai ukuran terbesar 1 m x 80 cm yang ditulis dengan tulisan tangan. Mushaf
tersebut ditulis dengan berbagai macam bentuk kaligrafi, ada khat Naskh, Tsuluth,
Khufi dan sebagainya. Tulisannya indah dan rapi mencerminkan peradaban Islam yang
sangat tinggi dan menakjubkan. Satu persatu mushaf tersebut saya perhatikan dan
membaca keterangan yang tertulis disitu.Menambah kekaguman saya ketika melihat
mushaf-mushat itu berumur ratusan tahun yang lalu.Antaranya diperkirakan
mencapai dua ratus, tiga ratus, dan empat ratus tahun yang lalu bahkan ada yang
mencapai delapan ratus tahun yang silam. Keterangan yang tertulis disitu
menyebutkan bahwa kebanyakan dari mushaf-mushaf itu berasal dari Kerajaan Aceh
dan Kerajaan Fatani (Thailand).Beberapa mushaf yang lain yang berumur enam
ratus sampai delapan ratus tahun itu sebahagian besar berasal dari India.
Dari segi pembuatannya saya melihat
bahwa mushaf-mushaf itu ditulis dari bahan-bahan yang sangat kokoh dan tahan
lama. Tulisan-tulisan mushaf tersebut kebanyakan ditulis dengan dawat hitam dengan berbagai corak yang indah
dan teliti. Bentuknya yang unik dan lama menunjukkan keaslian mushaf-mushaf
itu, ada yang telah rusak tetapi tulisannya tetap utuh, ada yang telah dimakan
rayap tetapi masih bisa dibaca, ada juga tulisan hurufnya yang kecil yang hanya
bisa dibaca dengan menggunakan mikroskop.
Koleksi mushaf-mushaf Al-Quran itu
menunjukkan kecintaan Sultan Brunei Darussalam kepada Al-Quran sehingga beliau
mengumpulkannya dalam satu tempat yang aman dan terjaga dengan baik.Bahkan
terdapat salah satu koleksi mushaf bertuliskan Surat Al-Fatihah yang ditulis
langsung oleh Sultan dengan bentuk kaligrafi yang sangat indah dan rapi. Disamping
koleksi mushaf-mushaf ratusan tahun itu, juga terdapat juga koleksi mushaf lain
yang dipahatdi batu mar-mar bertuliskan tinta emas, terlihat sungguh menarik
dan indah.
Diruang lain saya juga melihat
koleksi tasbih dan tongkatdengan berbagai ragam bentuk tasbih dengan warna yang
berbeda-beda dalam ukuran yang bervariasi serta bertuliskan ayat-ayat Al-Quran.
Demikian pula dengan ruang koleksi tongkat, terdapat dengan berbagai macam bentuk
tongkat, ada yang panjang, pendek, unik, mulus dan sebagainya. Tidak sedikit
dari tongkat itu bertuliskan ayat Al-Quran dan Asmaul Husna. Tongkat itu
merupakan tongkat-tongkat Sultan dan tongkat yang diterimanya sebagai hadiah
kemudian di koleksi sebagai benda yang bernilai sejarah dan mempunyai cita rasa
seni yang tinggi.
Selain ruang koleksi tasbih dan
tongkat juga terdapat ruang koleksi manuskrip-manuskrip yang ditulis oleh
ulama-ulama dari Aceh, Fatani, dan berbagai ulama dari seluruh penjuru dunia. Manuskrip
tersebut juga telah berumur puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Manuskrip-manuskrip
itu mengandung berbagai pengetahuan dan ilmu-ilmu agama seperti ibadah, ushulfiqh,
aqidah, syariah, tasawuf dan sebagainya. Sungguh luar
biasa apabila kitab dan manuskrip itu dapat diteliti dan ditelaah untuk diambil
manfaat ilmu dan pengetahuan darinya bukan hanya sekadar koleksi yang dapat
dilihat oleh semua orang tetapi juga dapat diamalkan ilmu-ilmu yang diwariskan
oleh para ulama-ulama terdahulu.
(email penulis: fahm_asixos@yahoo.co.id).
(email penulis: fahm_asixos@yahoo.co.id).

0 Response to "Kisah perjalanan menemukan Koleksi Mushaf, bagaimana bentuknya?"
Posting Komentar